Uncategorized

Mengulas 4 Striker Beda Generasi yang Dipanggil Shin Tae-yong Memperkuat Timnas Indonesia Hadapi Timor Leste

Jadwal FIFA Matchday Timnas Indonesia vs Timor Leste: Ajang Dongkrak  Peringkat

Mengulas 4 Striker Beda Generasi yang Dipanggil Shin Tae-yong Memperkuat Timnas Indonesia Hadapi Timor Leste

palapaslot.net – Timnas Indonesia menggelar pemusatan latihan pada 19 hingga 28 Januari 2022 di Pulau Bali. Agenda ini menjadi rangkaian dari FIFA Matchday melawan Timor Leste.

Dari 27 pemain yang di panggil memperkuat Timnas Indonesia, Shin Tae-yong memasukkan 4 striker, di mana boleh di bilang berasal dari generasi yang berbeda.

Keempat pemain di lini depan itu adalah Dedik Setiawan, M. Ralfi, Hanis Saghara, dan Ronaldo Kwateh. Ketiganya merupakan perpaduan dari pemain senior, U-23, dan U-19.

Tentu itu akan sangat menarik. Ini menjadi bukti jika Shin Tae-yong ingin membentuk Timnas Indonesia yang kuat pada masa depan.

Keempat striker itu juga memiliki tipikal yang berbeda. Ada yang memiliki kecepatan, skillngotot, hingga menjadi targetman.

Dua di antara striker itu merupakan warisan dari skuad Timnas Indonesia di Piala AFF 2020. Kali ini kami mengulas kelebihan dan kelemahan ke 4 striker tersebut.

Dedik Setiawan

Striker ini paling banyak di bicarakan netizen di media sosial setelah Piala AFF 2020 di Singapura. Dedik di nilai minim kontribusi selama Tim Garuda tampil di Singapura itu.

Pemain Arema FC ini tidak mencetak satu gol pun dalam enam laga yang di jalani oleh Timnas Indonesia. Sementara di level klub, performa Dedik musim ini juga bisa di bilang melempem. Dia baru mencetka satu gol dalam 13 laga.

Jadi kelemahannya sudah terlihat. Ketajamannya di depan gawang masih belum kembali. Padahal dia sempat menjadi striker subur di Liga 1 pada musim 2018 hingga 2019. Bisa jadi Dedik kehilangan ketajaman setelah istirahat lama pada 2019. Ketika itu ia menjalani operasi lutut.

Kendati demikian, Shin Tae-yong masih memanggilnya. Pastinya masih ada kelebihan dalam diri nya. Ketika berada di klub, Dedik mulai lebih banyak jadi pemain sayap, karena Arema FC memiliki Carlos Fortes yang sudah membuktikan ketajamannya sebagai targetman.

Kelebihannya, Dedik memiliki kecepatan. Selain itu, di Timnas Indonesia saat ini dia menjadi striker paling senior. Sementara di luar lapangan dia merupakan pemain yang di kenal santun.

Ini bisa menjadi nilai lebih ketika dia menularkannya kepada striker lain, seperti M. Rafli, Hanis Saghara, dan Ronaldo Kwateh.

M Rafli

Penyerang yang unik. Bersama klubnya, Arema FC, M. Rafli lebih sering menjadi gelandang serang. Tapi, di Timnas Indonesia U-23, Rafli sempat menjadi targetman dan cukup subur.

Ketika di level klub, permainannya tergolong apik. Banyak yang menilai Rafli seharusnya masuk dalam skuad Piala AFF 2020 lalu. Netizen melihatnya lebih layak menjadi striker Timnas Indonesia ketimbang rekannya, Dedik Setiawan.

Kelebihan Rafli adalah kuat menahan bola. Skill-nya juga bagus. Ketika bermain di Liga 1, Rafli bermain 18 kali dan menyumbangkan 4 gol dan 2 assist.

Kurang tajam memang, tapi perlu di ingat perannya sebagai second striker. Kelebihan lainnya di punya tanggung jawab akurat. Musim ini dua gol di cetaknya lewat tendangan bebas.

Namun, bukan berarti dia tidak memiliki kelemahan. Fisiknya sering kedodoran, sehingga Rafli sering di tarik keluar pada babak kedua. Ini yang selama ini menjadi pekerjaan rumah tim pelatih Singo Edan. Kini pelatih Timnas Indonesia juga bertugas untuk memperbaikinya.

Hanis Saghara

Sebagai seorang striker, bisa di bilang Hanis masih kurang tajam. Ini bisa di lihat di Piala AFF 2020 dan di klubnya, Persikabo 1973. Tampil di Piala AFF 2020 yang di gelar di Singapura pada akhir tahun lalu, dia tidak mencetak gol. Sementara di Liga 1 baru satu biji gol koleksinya, sama seperti Dedik Setiawan.

Tapi, di balik itu ada sisi positif dari karakter bermainnya. Hanis memang bukan tipikal targetman, dia cukup ulet ketika membawa bola. Bisa di bilang striker berusia 22 tahun itu tipikal pekerja keras di lini depan.

Hanis sempat menjadi andalan di lini depan Timnas Indonesia ketika masih di kelompok usia. Namun, di Timnas Indonesia senior, dia butuh lebih banyak jam terbang.

Sayangnya, di klub pun dia bukan pilihan utama. Ini sebuah persoalan yang harus di hadapinya, karena dia sulit menemukan performa terbaik ketika di klub jarang merasakan atmosfer pertandingan.

Ronaldo Kwateh

Striker paling muda yang dapat panggilan dalam pemusatan latihan ini. Ronaldo baru 17 tahun. Tapi dia di anggap punya potensi besar. Darah sepak bola dari ayahnya, Roberto Kwateh, mantan pemain asing di Liga Indonesia asal Liberia.

Bicara ketajaman, Ronaldo masih belum memberi bukti. Bersama klubnya, Madura United, Ronaldo dapat kesempatan 9 kali bermain dan belum mencetak gol.

Sementara di tim nasional senior, ini juga kali pertama dia dipanggil. Sebagai striker, dia punya kelebihan. Cepat dan berteknik tinggi. Mental tandingnya juga bagus meski usianya baru 17 tahun. Dia tak grogi saat menghadapi pemain belakang yang lebih senior.

Tapi, karena masih minim pengalaman, Ronaldo masih butuh jam terbang untuk membuat permainannya lebih matang. Terutama saat mengambil keputusan tetap membawa bola atau melepaskan tembakan atau umpan ke rekannya. www.pesonapalapa.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *